Saya mahasiswa semester 4 Hubungan Internasional Universitas Singaperbangsa Karawang

Dedi Mulyadi: Kepemimpinan Humanis di Jawa Barat

Selasa, 27 Mei 2025 09:51 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi
Iklan

Dedi Mulyadi dikenal sebagai pemimpin humanis Jawa Barat yang dekat dengan rakyat, kuat menjaga budaya Sunda dan memiliki gaya kepemimpinan.

***
Kalau kamu sering skrol  media sosial dan tiba-tiba nemu video seorang pria memakai makuta wangsa atau totopong, pakai baju pangsi Sunda, ngobrol akrab sama rakyat kecil sambil bercanda tapi penuh makna—kemungkinan besar kamu lagi nonton Kang Dedi Mulyadi. Tokoh asal Jawa Barat yang gayanya nyantai banget, tapi justru bikin banyak orang respect.
 
Di tengah banyaknya pemimpin yang kelihatan jauh dari rakyat, Kang Dedi hadir sebagai pemimpin yang benar-benar turun ke bawah, dekat dengan masyarakat, dan tetap setia sama budaya lokal. Gaya kepemimpinannya memang beda. Nggak melulu soal pidato resmi atau duduk manis di ruang kantor ber-AC, tapi lebih sering terlihat di tengah sawah, pasar tradisional, atau rumah warga yang jauh dari sorotan.
531b3725ac111317af79fa4b325b4681.jpeg
 
 
Cover
Dedi Mulyadi Gubernur Jawa Barat yang meiliki gaya Kepemimpinan Humanis.
Yang bikin Kang Dedi beda adalah caranya berinteraksi dengan orang-orang kecil. Nggak ada tuh gaya formal, pidato panjang, atau bodyguard di mana-mana. Dia datang langsung ke desa-desa, ngobrol sama pedagang kecil, bantuin nenek-nenek yang rumahnya udah mau roboh, bahkan kadang ikut masak bareng ibu-ibu. Semua dilakuin dengan tulus, nggak kelihatan dibuat-buat.
 
Banyak banget video yang nunjukin dia bantu orang tanpa nunggu rapat, tanpa nunggu acara resmi. Langsung gas bantu di tempat!
 
Satu hal yang nggak kalah keren, Kang Dedi selalu bangga sama budaya Sunda. Dia sering pakai pakaian adat, ngomong pakai bahasa Sunda, dan ngajak anak muda buat ngerti pentingnya jaga tradisi.
 
Tapi jangan salah, walau cinta budaya, dia tetap melek zaman. Dia aktif banget di media sosial, dan kontennya bukan konten biasa. Banyak yang viral karena menyentuh dan ngasih pelajaran hidup—entah itu soal kemanusiaan, keluarga, atau pentingnya saling tolong-menolong.
 
Gaya memimpinnya bisa dibilang “humanis banget”. Artinya, dia nggak cuma mikirin aturan dan pembangunan, tapi juga mikirin hati dan perasaan rakyat. Dia sering banget nanggepin masalah orang kecil yang biasanya nggak dianggap penting sama pejabat lain. Misalnya, ada tukang becak yang kesusahan bayar kontrakan—Kang Dedi bisa langsung bantu. Atau ada anak kecil yang udah putus sekolah, dia langsung cari cara buat bantuin.
 
Uniknya lagi, dia nggak jaim. Nggak malu duduk di lantai, makan bareng warga, atau bahkan dimarahin warga pun dia tanggapi dengan kepala dingin. Justru, karena kesederhanaannya itu, banyak orang merasa dekat dan nggak takut buat ngomong jujur ke dia. Nggak sedikit warga yang bilang, “Kang Dedi tuh kayak orang tua sendiri.”
 
Intinya, gaya kepemimpinan Kang Dedi Mulyadi ngajarin kita bahwa jadi pemimpin itu nggak harus sok berwibawa. Nggak harus selalu formal. Yang penting: punya hati, peduli sama sesama, dan nggak lupa sama akar budaya sendiri. Di zaman sekarang yang serba digital dan cepat, pendekatan seperti ini justru bikin orang merasa lebih didengar dan dihargai.
 
Jadi, kalau ditanya pemimpin ideal itu seperti apa, mungkin jawabannya ada di sosok Kang Dedi—yang bisa jadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Antara tradisi dan transformasi. Dan yang paling penting, dia tetap jadi manusia biasa yang dekat dengan rakyatnya.
 
*) Aulia Diena Rachayu, mahasiswa Hubungan Internasional, UNSIKA.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Aulia Diena Rachayu

penulis indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler